Hari demi hari terasa seperti hanya melewatiku. Hari-hari disekolah, aktivitas sekolah yang sama. Semua terasa membosankan. Entah mengapa setiap Aku kesekolah, ingin selalu cepat-cepat pulang dan mengakiri segala mimpi burukku di sekolahku. Tet...tet...tet... akhirnya mimpi burukku ini selesai juga. Aku pun bergegas untuk segera pulang.
Disaat Aku keluar gerbang, “Andhika...Andhika...” terdengar teriakan seorang perempuan dari kejauhan memanggil-manggil nama ku. Aku pun menoleh kebelakang. Ternyata Azalia, yang berlari dari kejauhan sambil memanggil ku. “Hei Azalia! Ada apa kok kelihatannya terburu-buru?” tanya ku padanya. “heh...heh...heh...iya nih, nanti jangan lupa kita bikin laporan partner kerja kita sore ini di rumah ku, jangan telat ya !??” jawabnya.
“Cuma itu?” sahut ku. “Ya enggak lah!! JUGA jangan lupa bawa laptop kamu yang jadul itu, buat bikin desain presentasinya” jawabnya agak menjengkelkan. "JADUL KAMU BILANG!!???” nada ku sedikit menyentaknya. “Eh...gitu-gitu juga tuh laptop sudah bantu banyak banget, ketimbang laptop kamu yang “Otak”nya kecanggihan dari otaknya yang punya” lanjut ku sambil nyindir dia.
“Yah...elah, gini-gini otakku lebih canggih dari otakmu yang kurang Performa waktu ngerjain laporan” balas sindirannya. “Waduh,...wah kalah omongan lagi Aku” jawabku sambil sedikit tertawa. “Emang” jawabnya sambil tertawa arogan. Kami pun melanjutkan perbincangan sambil berjalan keluar sekolah.
Entah mengapa, setiap Aku bertemu Azalia, mood ku langsung berubah drastis menjadi sangat bahgia sekali. Dia adalah partner sekaligus sahabat yang selalu siap membantu dalam hidupku. Dia telah melakukannya sejak satu sekolah denganku sejak SD. Dia adalah sahabat terbaikku.
****
“ANDHIKA!!...duit rokok CEPAT!!” terdengar teriakan orang yang tidak asing. Dia tidak lain adalah Gilang dan kawan-kawannya. Seorang yang selalu merasa bahwa dirinyalah yang memegang sekolah itu. “Minta sana, pada ibumu” tantangku. “Oh kamu mau ku robek tanganmu dengan pisau ini ya?” ancamnya.
Dia yang selalu memalaki aku saat perjalanan pulang sekolah. Mungkin benar kata Azalia, seharusnya Aku bareng pulang dengannya. Sialnya diriku hari ini. Tapi beruntung lah, Azalia tidak bersamaku.
Tidak hanya Aku. Banyak murid-murid lain yang sama sialnya dengan diriku. Sekarang Aku harus memikirkan cara bagaimana kabur dari orang-orang ini. Ah.. mungkin ini saatnya nekat, ku lempar batu ke muka Gilang “Aargh, DASAR SIALAN” teriak Gilang kesakitan. Aku pun berlari dari mereka dengan sekuat tenaga.
Tio, Andre, dan Hida yang mengejarku sambil melempariku batu, berusaha memperlambatku.“HOY, JANGAN LARI KAU!!” seru Tio. Aku yang kehabisan tenaga berusaha sembunyi dari mereka. Oh mungkin keberuntungan masih berpihak kepadaku, kutemukan gudang untuk sembunyi.
“Cari dia!” bisik Gilang ke Hida, dan Andre. Aku yang sudah benar-benar terpojok, pun berusaha kabur selagi mereka kebungungan mencariku.“Srrrt..Mau lari kemana kau?” bisik Tio sambil menyeretku. Oh ini mungkin lebih buruk dari yang kubayangkan. “Ku temukan dia Bos!!” lapor Tio ke Gilang. “Bagus” jawab Gilang sambil menunjukkan senyum bengisnya.
“Kau benar-benar punya nyali ya?... Melempar batu ke muka ku dan kabur begitu saja” cakapnya dengan marah-marah. “Kau sudah berani macam-macam denganku Andhika” lanjutnya. Aku yang hanya melihat dia mengomel-ngomel dengan wajah yang cukup menantangnya. Tiba-tiba dia menghamtam ku hingga membuatku terjatuh.
Buk...buk...buk itulah yang terdengar setelah ku mendengar omelan orang aneh itu. Aku yang dihamtam habis-habisan oleh mereka. Tanpa henti, terus menerus. “RASAKAN INI!” sambil menendang kepalaku. Tendangan itu membuatku tak sadarkan diri.
****
Aku yang baru tersadar langsung melihat jam ku. Kala itu waktu masih menunjukkan pukul 9.30 pagi. Tapi entah mengapa ini terlalu gelap. Ternyata Aku masih didalam gudang. Aku lalu meraba-raba sekitar, dan berusaha keluar. Akhirnya Aku menemukan pintu keluar gudang. Entah betapa keterlaluannya Gilang itu.
"Andhika...Andhika...!!!" Terdengar suara Azalia dari kejauhan yang berteriak-teriak mencariku. Aku pun berjalan menghampiri arah dari suara Azalia. Kepalaku yang masih agak pusing, berjalan menghampirinya. Mungkin ini efek dari tendangan Gilang yang sebelumnya, hingga membuatku tak sadarkan diri.
"Mereka itu,...sudah keterlaluan!!!" Omelan Azalia saat melihat keadaanku. Yah, mungkin ini nasib sialku. Aku memang orang yang tidak pernah berpikir panjang. Yah beginilah akhirnya. Aku jadi babak belur karena kenekatanku sendiri.
Melihat keadaan ku seperti ini, Aku harus pulang kerumah untuk diobati. Dibantu Azalia yang mengantarku hingga pulang kerumah. “Kita harus melaporkan mereka ke Polisi atas tindakan kekerasan ini, Andhika” katanya dengan jengkel karena perbuatan Gilang dan Kawan-Kawannya.
“Entahlah, bisakah kau mengurusnya untukku?” tanyaku kepadanya. “Tentu saja, Andhika” jawabnya dengan perhatian. Semoga ini jalan keluar yang terbaik bagiku agar tidak diganggu oleh psikopat-psikopat itu. “Eh, apakah para guru dan murid dikelasku tadi mencariku?” tanyaku karena ketidak hadiran diriku di sekolah tadi membuatku penasaran. “Ya, tentu saja. Apakah orang tuamu tidak mencarimu?” tanyanya kembali. “Tidak,... mereka sedang keluar kota, dan dirumah sedang kosong” jawabku. Kami pun berjalan hingga pulang kerumahku.
*****
Kepalaku yang masih pusing meski sudah diobati oleh Azalia. “Dari mana saja kau” tanyaku setelah mendengar pintu utama terbuka dan tertutup. “Habis dari kantor Polisi, melaporkan kejadian ini” memberi penjelasan. “Bagaimana keadaanmu? Tidurmu pulas??” Tanya Azalia agak menjengkelkan. “Kurang baik, Suster. Bahkan tidurku tidak bisa nyeyak karena rasa sakit ini” jawabku.
“Eh tadi polisinya bilang bahwa mereka akan mengkonfirmasi kejadian ini besok” jawabnya dengan mengganti subjek pembicaraan. Aku harus berterima kasih sekali atas sikap Azalia menyikapi kejadian ini. Tinggal menghitung jam, menit, dan detik menunggu hingga mereka masuk kepenjara. Semoga ini membuat mereka jera.
Keesokan harinya disiang hari, Aku pun masih menunggu kabar dari Azalia. Kring...pesan singkat masuk ke Hpku. Dari Azalia yang mengabarkan bahwa mereka sudah ditanggkap dan dalam proses Sidang. Aku merasa lega mendengar kabar ini. Bukan bermaksud senang didalam kesusahan orang lain, tetapi aku rasa inilah jalan yang terbaik bagi orang lain juga agar tidak diganggu mereka semua.
*****
Disaat Aku keluar gerbang, “Andhika...Andhika...” terdengar teriakan seorang perempuan dari kejauhan memanggil-manggil nama ku. Aku pun menoleh kebelakang. Ternyata Azalia, yang berlari dari kejauhan sambil memanggil ku. “Hei Azalia! Ada apa kok kelihatannya terburu-buru?” tanya ku padanya. “heh...heh...heh...iya nih, nanti jangan lupa kita bikin laporan partner kerja kita sore ini di rumah ku, jangan telat ya !??” jawabnya.
“Cuma itu?” sahut ku. “Ya enggak lah!! JUGA jangan lupa bawa laptop kamu yang jadul itu, buat bikin desain presentasinya” jawabnya agak menjengkelkan. "JADUL KAMU BILANG!!???” nada ku sedikit menyentaknya. “Eh...gitu-gitu juga tuh laptop sudah bantu banyak banget, ketimbang laptop kamu yang “Otak”nya kecanggihan dari otaknya yang punya” lanjut ku sambil nyindir dia.
“Yah...elah, gini-gini otakku lebih canggih dari otakmu yang kurang Performa waktu ngerjain laporan” balas sindirannya. “Waduh,...wah kalah omongan lagi Aku” jawabku sambil sedikit tertawa. “Emang” jawabnya sambil tertawa arogan. Kami pun melanjutkan perbincangan sambil berjalan keluar sekolah.
Entah mengapa, setiap Aku bertemu Azalia, mood ku langsung berubah drastis menjadi sangat bahgia sekali. Dia adalah partner sekaligus sahabat yang selalu siap membantu dalam hidupku. Dia telah melakukannya sejak satu sekolah denganku sejak SD. Dia adalah sahabat terbaikku.
****
“ANDHIKA!!...duit rokok CEPAT!!” terdengar teriakan orang yang tidak asing. Dia tidak lain adalah Gilang dan kawan-kawannya. Seorang yang selalu merasa bahwa dirinyalah yang memegang sekolah itu. “Minta sana, pada ibumu” tantangku. “Oh kamu mau ku robek tanganmu dengan pisau ini ya?” ancamnya.
Dia yang selalu memalaki aku saat perjalanan pulang sekolah. Mungkin benar kata Azalia, seharusnya Aku bareng pulang dengannya. Sialnya diriku hari ini. Tapi beruntung lah, Azalia tidak bersamaku.
Tidak hanya Aku. Banyak murid-murid lain yang sama sialnya dengan diriku. Sekarang Aku harus memikirkan cara bagaimana kabur dari orang-orang ini. Ah.. mungkin ini saatnya nekat, ku lempar batu ke muka Gilang “Aargh, DASAR SIALAN” teriak Gilang kesakitan. Aku pun berlari dari mereka dengan sekuat tenaga.
Tio, Andre, dan Hida yang mengejarku sambil melempariku batu, berusaha memperlambatku.“HOY, JANGAN LARI KAU!!” seru Tio. Aku yang kehabisan tenaga berusaha sembunyi dari mereka. Oh mungkin keberuntungan masih berpihak kepadaku, kutemukan gudang untuk sembunyi.
“Cari dia!” bisik Gilang ke Hida, dan Andre. Aku yang sudah benar-benar terpojok, pun berusaha kabur selagi mereka kebungungan mencariku.“Srrrt..Mau lari kemana kau?” bisik Tio sambil menyeretku. Oh ini mungkin lebih buruk dari yang kubayangkan. “Ku temukan dia Bos!!” lapor Tio ke Gilang. “Bagus” jawab Gilang sambil menunjukkan senyum bengisnya.
“Kau benar-benar punya nyali ya?... Melempar batu ke muka ku dan kabur begitu saja” cakapnya dengan marah-marah. “Kau sudah berani macam-macam denganku Andhika” lanjutnya. Aku yang hanya melihat dia mengomel-ngomel dengan wajah yang cukup menantangnya. Tiba-tiba dia menghamtam ku hingga membuatku terjatuh.
Buk...buk...buk itulah yang terdengar setelah ku mendengar omelan orang aneh itu. Aku yang dihamtam habis-habisan oleh mereka. Tanpa henti, terus menerus. “RASAKAN INI!” sambil menendang kepalaku. Tendangan itu membuatku tak sadarkan diri.
****
Aku yang baru tersadar langsung melihat jam ku. Kala itu waktu masih menunjukkan pukul 9.30 pagi. Tapi entah mengapa ini terlalu gelap. Ternyata Aku masih didalam gudang. Aku lalu meraba-raba sekitar, dan berusaha keluar. Akhirnya Aku menemukan pintu keluar gudang. Entah betapa keterlaluannya Gilang itu.
"Andhika...Andhika...!!!" Terdengar suara Azalia dari kejauhan yang berteriak-teriak mencariku. Aku pun berjalan menghampiri arah dari suara Azalia. Kepalaku yang masih agak pusing, berjalan menghampirinya. Mungkin ini efek dari tendangan Gilang yang sebelumnya, hingga membuatku tak sadarkan diri.
"Mereka itu,...sudah keterlaluan!!!" Omelan Azalia saat melihat keadaanku. Yah, mungkin ini nasib sialku. Aku memang orang yang tidak pernah berpikir panjang. Yah beginilah akhirnya. Aku jadi babak belur karena kenekatanku sendiri.
Melihat keadaan ku seperti ini, Aku harus pulang kerumah untuk diobati. Dibantu Azalia yang mengantarku hingga pulang kerumah. “Kita harus melaporkan mereka ke Polisi atas tindakan kekerasan ini, Andhika” katanya dengan jengkel karena perbuatan Gilang dan Kawan-Kawannya.
“Entahlah, bisakah kau mengurusnya untukku?” tanyaku kepadanya. “Tentu saja, Andhika” jawabnya dengan perhatian. Semoga ini jalan keluar yang terbaik bagiku agar tidak diganggu oleh psikopat-psikopat itu. “Eh, apakah para guru dan murid dikelasku tadi mencariku?” tanyaku karena ketidak hadiran diriku di sekolah tadi membuatku penasaran. “Ya, tentu saja. Apakah orang tuamu tidak mencarimu?” tanyanya kembali. “Tidak,... mereka sedang keluar kota, dan dirumah sedang kosong” jawabku. Kami pun berjalan hingga pulang kerumahku.
*****
Kepalaku yang masih pusing meski sudah diobati oleh Azalia. “Dari mana saja kau” tanyaku setelah mendengar pintu utama terbuka dan tertutup. “Habis dari kantor Polisi, melaporkan kejadian ini” memberi penjelasan. “Bagaimana keadaanmu? Tidurmu pulas??” Tanya Azalia agak menjengkelkan. “Kurang baik, Suster. Bahkan tidurku tidak bisa nyeyak karena rasa sakit ini” jawabku.
“Eh tadi polisinya bilang bahwa mereka akan mengkonfirmasi kejadian ini besok” jawabnya dengan mengganti subjek pembicaraan. Aku harus berterima kasih sekali atas sikap Azalia menyikapi kejadian ini. Tinggal menghitung jam, menit, dan detik menunggu hingga mereka masuk kepenjara. Semoga ini membuat mereka jera.
Keesokan harinya disiang hari, Aku pun masih menunggu kabar dari Azalia. Kring...pesan singkat masuk ke Hpku. Dari Azalia yang mengabarkan bahwa mereka sudah ditanggkap dan dalam proses Sidang. Aku merasa lega mendengar kabar ini. Bukan bermaksud senang didalam kesusahan orang lain, tetapi aku rasa inilah jalan yang terbaik bagi orang lain juga agar tidak diganggu mereka semua.
*****
0 komentar:
Posting Komentar
Harap berkomentar & ikuti bloggerku ya